Emping Hijau Rendah Purin, Kuliner Inovatif dari Tirtonirmolo

01 Februari 2017 15:17:57 WIB

Siapa yang tak kenal emping, makanan ringan yang biasa dijadikan camilan maupun suguhan bagi tamu yang datang ke rumah ini, sangat digemari oleh siapapun.

Makanan itu terbuat dari biji melinjo, menurut literatur yang ada, melinjo merupakan tanaman berbiji terbuka berbentuk pohon yang berasal dari Asia Tropik, Melanesia dan Pasifik Barat.

Sebagian orang sangat berhati-hati mengkonsumsi emping, karena kandungan senyawa purin dalam biji melinjo sebagai bahan bakunya bisa memicu asam urat tinggi.

Sebelum dikonsumsi, emping mentah berbentuk bulat tipis digoreng terlebih dahulu, setelah dibumbui menggunakan campuran bawang putih dan garam yang dihaluskan. 

Saat mendarat di lidah setelah masuk lewat mulut dan dikunyah menggunakan gigi, emping matang berwarna kuning menghasilkan kombinasi rasa asin dan pahit. Tetapi ada juga emping dengan rasa manis yang bumbunya dicampur gula, kalau itu sih tergantung selera masing-masing.

Ngomong-ngomong soal emping, di Kabupaten Bantul tepatnya di Pedukuhan Tegal Kenongo, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Ibu-Ibu PKK yang tergabung dalam kelompok Kenongo Wangi, berkreasi membuat emping hijau yang aman dikonsumsi penderita asam urat.

Bahan bakunya sama, dari biji melinjo, hanya saja diberi campuran pewarna alami terbuat dari Daun Kepel dan Daun Suji, yang memiliki kandungan alami menurunkan asam urat.

Pembuatan emping hijau dimulai sejak tahun 2013, setelah mendapat bimbingan salah satu dosen dari Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Rumah Ibu Sukati, salah satu anggota Kelompok Kenongo Wangi menjadi lokasi pembuatan kuliner tersebut, melibatkan tujuh orang ibu-ibu semuanya warga sekitar.

”Saya pernah tanya sama yang jual emping yang setiap hari ngambil di tempat saya sebanyak lima kilogram, dia punya asam urat tapi kalau makan itu tidak apa-apa sehingga cocok”, kata Ibu Sukati, Rabu (12/10/2016).

Meski pembuatan emping hijau baru berjalan empat tahun terakhir, tetapi Ibu Sukati telah merintis usaha produksi emping sejak tahun 1980-an, waktu itu hanya membuat emping warna putih.

Saat ini penjualannya sudah merambah luar Yogyakarta, seperti Magelang, Bandung, Jakarta hingga Sumatera. Emping hijau kemasan 100 gram harganya Rp 10 ribu, tetapi jika dijual mentah ukuran satu kilogram dijual Rp 90 ribu.

”Jika dirata-rata, per bulan bisa menjual emping hijau hingga 50 kilogram, untuk emping biasa bisa satu kuintal dengan harga jual Rp 60 ribu per kilogram”, ucapnya.

Selain emping hijau, ia bersama ibu-ibu anggota kelompok juga membuat emping cokelat rasa manis. Bahkan ada juga varian rasa lainnya, seperti manis pedas, asin dan pedas, hmmmm..nyam-nyam..

Menurut Ibu Sukati, butuh waktu satu jam untuk membuat emping, mulai dari mengupas buah melinjo untuk diambil bijinya. Setelah berhasil dikeluarkan dari kulitnya, biji melinjo hasil kupasan disangrai dalam wajan panas berisi pasir.

Jika sudah setengah matang, biji melinjo dikeluarkan dari wajan untuk ditipiskan menjadi kepingan bulat dengan cara dipukul menggunakan palu, lalu dijemur di bawah sinar matahari agar kering.

Selanjutnya, emping mentah berbentuk bulat tipis yang sudah kering, diberi bumbu sesuai variasi rasa, kemudian dijemur lagi hingga kering sebelum dikemas untuk dipasarkan, baik dalam kondisi mentah maupun matang.

”Sebagai gambaran untuk membuat 2,5 kilogram emping per harinya, butuh lima kilogram mlinjo yang diperoleh dari pemasok”, ungkapnya.

Di zaman serba cepat dan menuntut kreatifitas seperti saat ini, kita patut mengapresiasi emping melinjo rendah purin, hasil kreasi ibu-ibu anggota Kelompok Kenongo Wangi Pedukuhan Tegal Kenongo, Desa Tirtonirmolo Kasihan Bantul DIY ini.

Khusus bagi penderita asam urat, tak perlu takut lagi mencoba emping melinjo renyah saat menikmati secangkir teh atau minuman lainnya..Anda berminat, silakan mencoba...

Sumber : http://ceritaomwahyu.blogspot.co.id

Komentar atas Emping Hijau Rendah Purin, Kuliner Inovatif dari Tirtonirmolo

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License