Leptospirosis. Penyakit seperti apakah itu?

Administrator 29 Juli 2023 01:07:52 WIB

Tirtonirmolo, 29 Juli 2023.

Terkait darurat sampah yang terjadi di Kabupaten Bantul khususnya Kalurahan Tirtonirmolo, perlu diperhatikan potensi penyebaran bakteri leptospira yang sering dibawa oleh tikus dan menyebar melalui urine tikus terinfeksi. Hal ini menjadi perhatian serius karena tikus cenderung berada di tempat-tempat yang kotor, termasuk daerah yang banyak sampah tidak terkelola dengan baik.

Leptospirosis adalah penyakit yang perlu diwaspadai karena gejalanya mirip seperti flu, namun dapat lebih berat dengan pembengkakan di kaki dan tangan, bahkan dapat mengancam nyawa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri leptospira yang menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi, termasuk tikus, sapi, anjing, dan babi.

Penyebaran bakteri leptospira sering terjadi saat ada kegiatan pembersihan lingkungan atau di daerah yang berair, seperti sawah, karena urine tikus pembawa bakteri leptospirosis dapat menyebabkan penularan pada manusia. Khususnya, habitat tikus yang ada di selokan dan tempat-tempat yang sering dilewati air menjadi perhatian penting untuk mengurangi potensi penularan penyakit ini.

Para ahli kesehatan, termasuk dokter dari RS Panembahan Senopati Bantul, menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan cepat jika terdapat kecurigaan terinfeksi leptospirosis. Bakteri leptospira dapat masuk ke tubuh manusia melalui kontak dengan luka atau kulit terbuka, lendir, dan rongga-rongga pada tubuh. Oleh karena itu, perlu diwaspadai dan dihindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi atau daerah yang berpotensi terdapat tikus dan urine mereka.

Penting untuk mengetahui gejala infeksi leptospirosis, seperti demam mendadak, nyeri kepala, mata merah, dan nyeri otot di betis yang naik hingga ke area paha. Kulit menguning juga merupakan gejala khas dari penyakit ini. Jika seseorang mengalami gejala-gejala ini, segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Untuk mencegah penyebaran leptospirosis, selain mengelola sampah dengan baik, juga perlu menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan alat pelindung diri ketika berada di daerah yang berpotensi terpapar bakteri leptospira. Edukasi kepada masyarakat tentang bahaya leptospirosis dan langkah-langkah pencegahan juga sangat penting untuk meminimalisir risiko penularan penyakit ini.

Gejala Leptospirosis

Sebagian kasus, gejala Leptospirosis tidak muncul tetapi pada kebanyakan penderita, gejala penyakit muncul 2 hari sampai 4 minggu setelah terinfeksi bakteri Leptospira. Gejala yang muncul yaitu :

1.      Demam

2.      Sakit kepala

3.      Mual, muntah, dan tidak nafsu makan.

4.      Diare

5.      Mata merah

6.      Nyeri otot

7.      Sakit perut

8.      Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.

Penularan Leptospirosis

1.      Kontak langsung antara kulit dengan urin hewan pembawa bakteri Leptospira.

2.      Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri Leptospira.

3.      Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri penyebab Leptospirosis.

Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek, juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.

Faktor Risiko Leptospirosis

1.      Menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti pekerja tambang, petani, dan nelayan.

2.      Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak atau pemilik hewan peliharaan.

3.      Memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan saluran pembuangan atau selokan.

4.      Tinggal di daerah rawan banjir.

5.      Sering melakukan olahraga atau rekreasi air di alam bebas.

Komplikasi Leptospirosis

1.      Cedera ginjal akut.

2.      Trombositopenia

3.      Perdarahan saluran cerna.

4.      Perdarahan paru

5.      Gagal hati

6.      Rhabdomyolysis atau kerusakan otot rangka.

7.      Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh.

8.      Gagal jantung

9.      Keguguran pada ibu hamil.

Pencegahan Leptospirosis

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebaran infeksi Leptospirosis yaitu :

1.      Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat anda bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira.

2.      Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas.

3.      Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam.

4.      Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya.

5.      Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan hewan.

6.      Menjaga kebersihan lingkungan.

7.      Melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak.

AW

Komentar atas Leptospirosis. Penyakit seperti apakah itu?

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License